Jika kita melihat pakaian para astronot saat mereka sedang menaiki
pesawat ulang alik baik itu Atlantis, Challanger, Discovery dan
sebagainya, maka kita akan melihat mereka memakai pakaian (space suits)
berwarna oranye / orange dan mereka akan memakai baju yang berbeda lagi
(berwarna putih) jika akan melakukan spacewalk di luar angkasa.
Nah mengapa para kru tersebut menggunakan pakaian berwarna oranye saat
berada di pesawat ulang alik dan berwarna putih saat melakukan
spacewalk?
Menurut NASA pemilihan warna itu bukanlah tanpa alasan. Warna oranye
cerah dipilih karena warna itu mudah untuk terlihat dan kontras dengan
latar belakangnya. Terlebih jika mereka sedang berada di space shuttle
(pesawat ulang alik).
Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan baik pada saat pesawat itu terbang atau mendarat, maka proses pencarian dan penyelamatan akan menjadi lebih mudah.
"Ini sangat terlihat untuk pencarian dan penyelamatan. Dan ini salah satu warna yang paling terlihat terutama untuk penyelamatan di laut," ungkap Brian Daniel dari NASA. Pakaian itu disebut dengan Advanced Crew Escape Suit (ACES) yang dilengkapi oksigen, air, parasut, radio, obat-obatan, pemancar, dan sebagainya
Nah terus kenapa pakaian astronot ada yang warnanya putih?
Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan baik pada saat pesawat itu terbang atau mendarat, maka proses pencarian dan penyelamatan akan menjadi lebih mudah.
"Ini sangat terlihat untuk pencarian dan penyelamatan. Dan ini salah satu warna yang paling terlihat terutama untuk penyelamatan di laut," ungkap Brian Daniel dari NASA. Pakaian itu disebut dengan Advanced Crew Escape Suit (ACES) yang dilengkapi oksigen, air, parasut, radio, obat-obatan, pemancar, dan sebagainya
Nah terus kenapa pakaian astronot ada yang warnanya putih?
Astronot dengan dilengkapi Manned Maneuvering Unit (MMU). Image credit: airandspace |
Warna putih ini dipilih karena dapat memantulkan panas dari Matahari dan
warna itu kontras dengan warna hitam luar angkasa di belakangnya.
Pakaian putih astronot dikenal dengan nama Extravehicular Mobility Units
(EMUs).
Pada pakaian itu terdapat beberapa perlengkapan seperti sistem komunikasi, pengatur temperatur, persediaan oksigen dan air minum, kantung peralatan, dan sebagaianya.
Pakaian tersebut dapat melindungi astronot dari terpaan meteorit mikro (micrometeoroids), radiasi luar angkasa, dan tekanan rendah diluar angkasa yang membahayakan. Selain itu pakaian astronot juga dilengkapi dengan saluran pembuangan karbon dioksida, sebab karbondioksida dengan kadar tertentu bisa sangat membahayakan jiwa astronot itu sendiri.
Kedua pakaian yang sudah disebutkan di atas baik yang berwarna oranye ataupun putih, keduanya dilengkapi dengan helm yang terbuat dari polikarbonat, sebuah bahan yang sangat kuat yang biasa digunakan dalam pembuatan kaca antipeluru. Helm itu dilengkapi dengan kamera, lampu penerangan serta lapisan pelindung sinar ultraviolet (UV) dan radiasi inframerah.
Karena bobotnya yang berat, maka untuk mempercepat dan mempermudah astronot dalam mobilisasi, NASA membuat semacam roket mini dengan tenaga gas yang sekilas mirip kursi pelontar yang dikenal dengan sebuatan Manned Maneuvering Unit (MMU).
Roket itu dikendalikan dengan menggunakan joystick. Selain itu ada juga roket ransel yang berbahan gas nitrogen yang disebut Simplified Aid for Extravehicular Activity Rescue (SAFER) tapi biasanya ini digunakan untuk keadaan darurat saja. Roket ini bisa bergerak dengan kecepatan tiga meter per detik.
Pada pakaian itu terdapat beberapa perlengkapan seperti sistem komunikasi, pengatur temperatur, persediaan oksigen dan air minum, kantung peralatan, dan sebagaianya.
Pakaian tersebut dapat melindungi astronot dari terpaan meteorit mikro (micrometeoroids), radiasi luar angkasa, dan tekanan rendah diluar angkasa yang membahayakan. Selain itu pakaian astronot juga dilengkapi dengan saluran pembuangan karbon dioksida, sebab karbondioksida dengan kadar tertentu bisa sangat membahayakan jiwa astronot itu sendiri.
Kedua pakaian yang sudah disebutkan di atas baik yang berwarna oranye ataupun putih, keduanya dilengkapi dengan helm yang terbuat dari polikarbonat, sebuah bahan yang sangat kuat yang biasa digunakan dalam pembuatan kaca antipeluru. Helm itu dilengkapi dengan kamera, lampu penerangan serta lapisan pelindung sinar ultraviolet (UV) dan radiasi inframerah.
Karena bobotnya yang berat, maka untuk mempercepat dan mempermudah astronot dalam mobilisasi, NASA membuat semacam roket mini dengan tenaga gas yang sekilas mirip kursi pelontar yang dikenal dengan sebuatan Manned Maneuvering Unit (MMU).
Roket itu dikendalikan dengan menggunakan joystick. Selain itu ada juga roket ransel yang berbahan gas nitrogen yang disebut Simplified Aid for Extravehicular Activity Rescue (SAFER) tapi biasanya ini digunakan untuk keadaan darurat saja. Roket ini bisa bergerak dengan kecepatan tiga meter per detik.
Sumber | Astronomi.us